Biodisel Lebih Ramah Lingkungan ?
Posted by EG Giwangkara S pada Minggu, 18 Desember 2011
Sebelumnya punten kalau tulisan saya ini terasa skeptis terhadap biofuel, khususnya biodisel yang menggunakan bahan dasar dari kelapa sawit, soale saya termasuk yang tidak setuju pembantaian hutan untuk alasan apapun.
Sejak awal-awal isu pemanasan global diluncurkan banyak orang yang mengalami eforia tentang pencarian bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dari bahan bakar minyak yang divonis jadi salah satu penyebab pemanasan global. Eforia itu mengantarkan sebagian orang berfikiran bahwa penggunaan bahan bakar nabati (biofuel) adalah salah satu solusi untuk mengatasi pemanasan global karena dianggap lebih ramah lingkungan.
Well… jika mengacu kepada reaksi dasar pada proses pembakaran dimana bahan bakar – darimanapun sumbernya, baik bahan bakar minyak maupun bahan bakar nabati – keduanya tetap mengandung unsur karbon ( C ) dan hidrogen ( H ), yang juka mengalami proses pembakaran dengan oksigen ( O ) maka reaksi dasarnya adalah sbb :
C, H + O —-> CO2 + H2O
dimana CO2 inilah yang divonis menjadi penyebab efek rumah kaca yang pada akhirnya menyebabkan pemanasan global.
Sebagian orang lagi beranggapan bahwa biofuel merupakan bahan bakar baru dan terbarukan.
Bahwa biofuel merupakan bahan bakar terbaruka; itu iya, tapi biofuel dianggap sebagai bahan bakar baru mungkin harus dipikirkan kembali. Sebab ga lama setelah Perang Diponegoro, Rudolf Diesel sudah mempatenkan mesin buatannya yang kemudian sekarang dikenal sebagai mesin disel seperti sekarang. Sejatinya mesin disel ketika pertama diciptakan didesain menggunakan bahan bakar yang berasal dari kacang tanah. Hanya ketika minyak bumi mulai dieplorasi secara komersil di awal 1900an dan di beberapa belahan dunia mulai mengalami industrialisasi dan membutuhkan bahan bakar dalam jumlah besar dan cepat maka perlahan pemakaian bahan bakar mulai beralih ke minyak bumi. Hanya karena isu pemanasan globa kemudia semuanya kembali melirik bahan bakar nabati (biofuel).
Pemanfaatan biofuel sendiri – terutama yang menggunakan minyak kelapa sawit – tidak kalah merusak lingkungan juga. Salah satu contoh adalah pembukaan lahan untuk penanaman kelapa sawit dengan membantai hutan yang merupakan paru-paru dunia yang justru sanggup merubah CO2 menjadi O2 secara alami.
Jadi kesimpulannya, biofuel, terutama biodisel, selain sama-sama penyumbang emisi CO2 yg menjadi penyebab efek rumah kaca, proses produksinya juga justru memperparah pengurangan emisi CO2 ke udara, karena harus membantai hutan kita, sehingga berkuranglah hutan yang bertugas mengubah CO2 menjadi O2 secara alami, yang pada akhirnya sempurnalah proses percepatan pertumbuhan emisi CO2.
Andi Aryatno said
Follow blog’ku ya, ntar pasti aku follback http://andiweb3.wordpress.com
EG Giwangkara S said
kek di twitter aja yak… 😀
nurohman90 said
bagus bagus, saya sering terganggu nih saat bermotor di belakang mobil diesel.
EG Giwangkara S said
Sebenerna kendaraan apapun, kl pembakaran mesin na ga sempurna tuh asep na ganggu banget
obat herbal penyakit jantung said
makin kotor aja udara bumi kita ya gan…..
cara menjadi agen ace maxs said
kasihan sekali anak-anak yang lahir dimasa depan sekarang saja sudah begini ckckck
don said
kalau bio diesel walau babat hutan,tapi kan ditanami sawit yang juga rubah co2 jadi o2
sukhoi 150 said
iya benar tapi hutan lebih mampu serap cepat, karena daunnya banyak dan lebar.
EG Giwangkara S said
yup…
selain itu juga dengan pembabatan hutan akan merusak ekosistem yang ada, meski pada akhirnya ditanami pohon lagi.
cara mengobati nyeri sendi said
mari kira lestarikan kita dan lindungi lingkungan kita untuk hidup yang lebih baik