NgélMu – aNgél sadurungé keteMu

Bio Fuel : Prospek Bisnis Baru Bagi Pertamina

Posted by EG Giwangkara S pada Minggu, 20 Agustus 2006

Bio FuelMasalah pemanfaatan Bio Diesel maupun Bio Ethanol pada tahun 2006 ini sedang hangat-hangatnya, baik di dalam maupun di luar negeri, bahkan sudah bukan tahap wacana tapi sudah masuk tahap implementasi bahkan komersil yang dipasarkan oleh Pertamina.

Engineer dan peneliti Indonesia pun sudah banyak yang memfokuskan penelitian mereka terhadap bio fuel ini, baik dari segi teknologi maupun resource-nya, terutama penelitian pohon sawit dan jatropa (pohon jarak) ke Belanda, meskipun rasanya terasa ironis karena harus mempelajari tanaman tropis ke Eropa.

Awalnya pemanfaatan Bio Fuel sudah sering diseminarkan mulai tahun 1999/2000 melalui Lembaga Pemerintah seperti BBPT, ITB, Lemigas, Balai Penelitian Kelapa Sawit maupun Organisasi Nir Laba yang concern terhadap kualitas udara bersih seperti Mitra Emisi Bersih (MEB).

Pihak MEB sering bekerja sama dengan Forum Bio Diesel Indonesia (FBI) yang dimotori oleh para engineer kita dari ITB seperti DR. Tatang Hernas & DR. Tirto Prakoso (Teknik Kimia) serta DR. Imam Rekso (Teknik Mesin), mengadakan berbagai seminar untuk mensosialisasikan Bahan Bakar Nabati.

Tahun 2006 ini Pertamina sudah memasarkan Solar Bio (Solar dengan campuran Biodiesel 5%) di ± 130 SPBU di Jakarta dari target 180 SPBU. Jika diperhatikan saat ini di Jakarta sudah banyak bis yang ‘sliweran’ dengan stiker Bio Diesel, terutama bis Damri bandara Cengkareng. Problem yang dihadapi oleh Pertamina adalah masih terbatasnya Pasokan Biodiesel dari Produsen, sehingga target pemasaran Biosolar terpaksa diturunkan. di Surabaya Biodiesel akan dipasarkan di 5 SPBU Pertamina. Secara bertahap Biosolar Pertamina akan ditingkatkan dari 5% Biodiesel (B5) menjadi 10% (B10).

Total pemasaran Biosolar/hari pada Mid Agustus 2006 sekitar 600.000 liter/hari untuk Bio Ethanol (E5), Pertamina sudah memasarkan Gasohol (Bio Premium) secara terbatas di SPBU di kota Malang, lagi2 terbatasnya pasokan Ethanol membuat Pertamina belum bisa secara luas memasarkannya.

Peraturan Pemerintah mengenai Bioenergi ini juga sudah ada dan ditanda tangani oleh SBY, oleh karena peraturannya telah tersedia, maka sudah banyak perusahaan di Indonesia yang beramai-ramai mengembangkan Bio Fuel seperti Astra Argo Lestari (Bio Diesel), Medco (Bio Etahol).

Dengan gejala pergeseran paradigma bahan bakar ini dan kurangnya pasokan Bio Fuel dari produsen Pertamina kita mestinya sudah mulai menangkap peluang bisnis di sektur hulu bio fuel ini, mengingat kita pernah punya ‘pengalaman’ dalam abgrobisnis, yaitu Patra Tani. Dengan mengaktifkan kembali Patra Tani yang dulu pernah menjadi salah satu bisnis Pertamina diharapkan Pertamina tetap menjadi pemain utama dalam bisnis bahan bakar di Indonesia. Mungkin yang perlu ditekankan kepada Patra Tani adalah lebih fokus kepada tanaman sawit dan jatropa, sehingga statusnya bisa sejajar dengan PT Pertamina EP.

2 Tanggapan to “Bio Fuel : Prospek Bisnis Baru Bagi Pertamina”

  1. Firman said

    Dengan semakin luasnya pemakaian bio fuel sejalan dengan semakin luasnya lahan yang digunakan untuk menghasilkan tanaman bahan baku bio fuel. Hutan akan berubah menjadi hutan sawit, tebu dsb.
    Bagaimana ini. Menyelesaikan satu masalah dengan menciptakan satu masalah.
    Kurang arif kelihatannya.

  2. prayogo said

    masih terbatasnya pasokan energi alt dari produsen,karena pemeritah tidak menerangkan/memberikan jln kepada produsen kecil utk menjual produknya.harusnya ada penampung didaerah yg siap menyalurkan hasi produksi parapetani kepenampung besar.saya harap kalau hal itu berjalan dg baik,tentu nusantara ini gk akan mengalami krisi energi.

Tinggalkan komentar